Jumat, 20 April 2012

SEJARAH KEHADIRAN MOSALAKI NGGELA YANG PERTAMA

1. Kedatangan A Nggoro bersama Isteri dan Anak - anaknya.

            Nggela adalah sebuah kampung tradisional yang cukup lama dikenal. Sebelum kehadiran manusia, Nggela merupakan wilayah hutan yang belum terjamah dan belum ada namanya. Namun setelah kehadiran A Nggoro dengan isterinya Ni Mbuja serta anak - anaknya A Nogo, A Tori, Ni Nggela dan A Nira datang dan membuka daerah tersebut menjadi tempat tinggalnya. Awalnya mereka tinggalal di lelebewa (pohon beringin yang terdapat di bukit sebelah utara kampung Nggela sekarang). Sedangkan dibagian dataran (Nggela sekarang) hanya dimanfaatkan sebagai tempat mengambil dan memasak/menyuling tuak dari pohon enau. Tempat penyulingan tersebut dibuat sebuah pondok yang atapnya dari belahan bambu, yang sekarang disebut Sa'o Labo.

2. Kedatangan Keluarga A Tua dan Keluarga A Rangga Se

               Keluarga A Tua dan Keluarga A Rangga Se, datang dari Utara Wewaria pada waktu yang berbeda. Keluarga A Tua berhenti di Ae Lusi Jopu sedangkan A Rangga Se berhenti di Ae Wando Nggela. beberapa tahun kemudian keluarga A Rangga Se pindah ke tempat keluarga A Tua, dan secara kebetulan keluarga A Tua rencana pindah ke Barat bagian Selatan. Maka terjadilah pembicaraan / perjanjian sebagai berikut; A Rangga Se mengatakan kepada keluarga A Tua, "Karena kamu mau pindah kesana, sebaiknya tinggal terus di Ae Wando, tempat yang telah kami tinggalkan. sehingga Ae Wando dapat dimanfaatkan oleh kamu dan Ae Lusi disini kami manfaatkan".A Rangga Se sekeluarga menetap terus di tempat itu, sehingga tempat itu dinamai nua (kampung) Rangga Se sampai sekarang. A Tua sekeluarga berangkat, tetapi tidak tinggal di Ae Wando tetapi memilih tempat di lokasi SDK Nggela 1 sekarang dan langsung membangun sebuah rumah tinggal.Di depan rumah, mereka membuat Kanga yang ukuran kecil. Upacara di Kanga dibuat seadanya. Disini mereka bertani.
                Setelah A Nggoro sekeluarga pindah dan tinggal di Sa'o Rore Api sebelah Selatan sa'o Labo, mereka mengajak keluarga A Tua untuk pindah dan tinggal dekat dengan mereka (yang sekarang berada di sebelah Utara Sa'o Labo). Mereka hidup bersama sebagai saudara.

3. Kedatangan Keluarga Meko dan Keluarga Ndoka

                   Beberapa tahun kemudian datanglah keluarga Meko dan keluarga Ndoka dari Wewaria. mereka tinggal di tempat yang masih ditempatinya sampai sekarang oleh turunannya.

4. Kanga dan Tubumusu

 A Nggoro dan Anak - anaknya cukup berpengaruh pada lingkungannya saat itu. Maka pada suatu ketika timbulah suatu pikiran dari keluarga A Nggoro bahwa supaya ada wilayah kekuasaan adat, maka perlu adanya sebuah Kanga yang lengkap dengan Tubumusu-nya. Oleh karena itu agar terkoordinir, maka A Nggoro bersama anak - anaknya mengajak keluarga sa'o Tua, sa'o Meko dan sa'o Ndoka untuk membangun sebuah Kanga. Setelah Kanga dibangun, keluarga  A Nggoro dari sa'o Rore Api mendirikan Tubumusu di tengah Kanga tadi. Sehingga Kanga dan Tubumusu ghea eo du'a kai (menjadi miliknya).

5. Ata Mangu Lau Laja Ghawa
(Orang Jawa yang datang dengan perahu layar)

Ni Nggela sering mandi di pantai. Saat air laut surut, tempat yang biasa dipakai untuk mandi terlihat seperti kolam (tiwu). Suatu Ketika A Jaya dan anak buahnya dalam pelayaran sedang mampir berlabuh di pantai tersebut. Mereka melihat seorang gadis yang sedang mandi di kolam air laut itu, sehingga meyakinkan mereka bahwa tidak jauh dari pantai pasti ada kampung. Karena ingin kenal dengan masyarakat di kampung tersebut, mereka lalu turun ke pantai menuju si gadis itu. Gadis itu namanya Ni Nggela. Saat Ni Nggela melihat mereka datang, ia-pun lari menuju kampung sambil menangis ketakutan. A Jaya dan anak buahnya terus mengikuti Ni Nggela dari belakang sampai di pinggir kampung lalu mereka berhenti. Sedangkan Ni Nggela terus ke kampung dan menceritakan bahwa ada seorang yang berlabuh di pantai mau memperkosanya di kolam air laut tempat ia mandi dan mereka sekarang sudah berada di pinggir kampung (sebelah selatan kampung). Maka tersiarlah berita bahwa Ni Nggela di perkosa di kolam air laut oleh si juragan perahu. Kolam itu sampai sekarang di kenal dengan nama "Tiwu Pela". Keluarga Ni Nggela merasa malu, lalu mereka bersama - sama menemui A Jaya dan berdialog dengannya. Situasi awalnya agak tegang, namun A Jaya kemudian mengambil keputusan untuk menjadikan  Ni Nggela sebagai istrinya. Hal tersebut ternyata sangat di setujui Ni Nggela dan keluarganya. Keluarga Ni Nggela mulai mencari tahu asal - usulnya dengan menanyakan dari mana asal mereka. A Jaya mengatakan bahwa mereka berasal dari sebuah kota di Jawa. sehingga mulai saat itu tempat yang mereka berhenti sementara di beri nama Kota Jawa. Selanjutnya keluarga Ni Nggela mengajak/meminta A Jaya dan anak buahnya tinggal dekat dengan mereka, yang sekarang menjadi sa'o Ria Nggela. Lalu A Jaya dan Ni Nggela hidup bersama sebagai suami istri. nama Ni Nggela menjadi terkenal mulai dengan kebiasaan bekomunikasi antara masyarakat, antara lain sebagai berikut; 

"Mba ghea nua Nggela" (Pergi ke kampung Nggela)
"Mba ghea ma'u Nggela" (pergi ke pantai Nggela)
"Mba ghea ae Nggela" (pergi ke air Nggela)

Sehingga tempat - tempat tersebut sampai sekarang di kenal dengan nama :

"Nua Nggela" (Kampung Nggela)
"Ma'u Nggela" (Pantai Nggela)
"Ae Nggela" (Air Nggela)

1 komentar:

  1. Ini mungkin mitos, kita perlu gali info lebih banyak agar bisa menjadi fakta sejarah

    BalasHapus