Sabtu, 21 April 2012

SUSUNAN PROGRAM NGGUA

A Jaya yang di tugaskan oleh Ine Ame mulai menyusun program nggua dan jalanya program nggua dan jalannya upacara nggua untuk dilaksanakan selama setahun sebagai berikaut (dari catatan mosalaki Pu'u Y A Lerux Sare) :
Upacara adat tahun 1961 / 1962 di Nggela :
  1. Ka Uwi       bulan Oktober.
  2. Wela Sambi      bulan Nopember
  3. Loa Telo      bulan Nopember
  4. Teke gha'i manu        bulan Nopember
  5. Raga gha'i (ae mopo kula kea)      bulan Nopember
  6. Paki gha'i          bulan Desember
  7.  Ata Waga loa telo di sa'o Ria Nggela bulan desember
  8. Lao Mba'o (katu nggala no'o mba'o)   bulan Pebruari
  9. Ka mera kewe         bulan Pebruari
  10. Todo Obo       bulan Pebruari
  11. Naka Lea lo'o      bulan Maret
  12. Naka Lea ria       bulan Maret
  13. Koe uwi / ka kobho        bulan Maret
  14. Wangga jawa ata toba      bulan Maret
  15. Wangga jawa ata rewo      bulan Maret
  16. Pa'i lolo      bulan April
  17. Toa Koli       bulan April
  18. Loka Lolo       bulan Mei
  19. Loka Pare        bulan Juni
  20. Joka Ju      bulan Juni
Demikian upacara adat yang harus dilaksanakan di Kanga dan tempat - tempat lain sesuai petunjuk.
Selai itu masih ada lagi Tata Upacara Adat yang harus di laksanakan sesewaktu antara lain ;
  • Kema Keda
  • Kema Sa'o Nggua
  • Wake Mosalaki
  • Tane Mosalaki Pu'u mata
  • Mure
  • Joka Nua
  • Joka Ule Mela
  • Nara Nio
  • Ra Nua
  • Nika Adat
  • Simo Ata Mai
  • Sewu Api Sa'o (Nua Nula)
  • Loka Ae.

Jumat, 20 April 2012

SEJARAH KEHADIRAN MOSALAKI NGGELA YANG PERTAMA

1. Kedatangan A Nggoro bersama Isteri dan Anak - anaknya.

            Nggela adalah sebuah kampung tradisional yang cukup lama dikenal. Sebelum kehadiran manusia, Nggela merupakan wilayah hutan yang belum terjamah dan belum ada namanya. Namun setelah kehadiran A Nggoro dengan isterinya Ni Mbuja serta anak - anaknya A Nogo, A Tori, Ni Nggela dan A Nira datang dan membuka daerah tersebut menjadi tempat tinggalnya. Awalnya mereka tinggalal di lelebewa (pohon beringin yang terdapat di bukit sebelah utara kampung Nggela sekarang). Sedangkan dibagian dataran (Nggela sekarang) hanya dimanfaatkan sebagai tempat mengambil dan memasak/menyuling tuak dari pohon enau. Tempat penyulingan tersebut dibuat sebuah pondok yang atapnya dari belahan bambu, yang sekarang disebut Sa'o Labo.

2. Kedatangan Keluarga A Tua dan Keluarga A Rangga Se

               Keluarga A Tua dan Keluarga A Rangga Se, datang dari Utara Wewaria pada waktu yang berbeda. Keluarga A Tua berhenti di Ae Lusi Jopu sedangkan A Rangga Se berhenti di Ae Wando Nggela. beberapa tahun kemudian keluarga A Rangga Se pindah ke tempat keluarga A Tua, dan secara kebetulan keluarga A Tua rencana pindah ke Barat bagian Selatan. Maka terjadilah pembicaraan / perjanjian sebagai berikut; A Rangga Se mengatakan kepada keluarga A Tua, "Karena kamu mau pindah kesana, sebaiknya tinggal terus di Ae Wando, tempat yang telah kami tinggalkan. sehingga Ae Wando dapat dimanfaatkan oleh kamu dan Ae Lusi disini kami manfaatkan".A Rangga Se sekeluarga menetap terus di tempat itu, sehingga tempat itu dinamai nua (kampung) Rangga Se sampai sekarang. A Tua sekeluarga berangkat, tetapi tidak tinggal di Ae Wando tetapi memilih tempat di lokasi SDK Nggela 1 sekarang dan langsung membangun sebuah rumah tinggal.Di depan rumah, mereka membuat Kanga yang ukuran kecil. Upacara di Kanga dibuat seadanya. Disini mereka bertani.
                Setelah A Nggoro sekeluarga pindah dan tinggal di Sa'o Rore Api sebelah Selatan sa'o Labo, mereka mengajak keluarga A Tua untuk pindah dan tinggal dekat dengan mereka (yang sekarang berada di sebelah Utara Sa'o Labo). Mereka hidup bersama sebagai saudara.

3. Kedatangan Keluarga Meko dan Keluarga Ndoka

                   Beberapa tahun kemudian datanglah keluarga Meko dan keluarga Ndoka dari Wewaria. mereka tinggal di tempat yang masih ditempatinya sampai sekarang oleh turunannya.

4. Kanga dan Tubumusu

 A Nggoro dan Anak - anaknya cukup berpengaruh pada lingkungannya saat itu. Maka pada suatu ketika timbulah suatu pikiran dari keluarga A Nggoro bahwa supaya ada wilayah kekuasaan adat, maka perlu adanya sebuah Kanga yang lengkap dengan Tubumusu-nya. Oleh karena itu agar terkoordinir, maka A Nggoro bersama anak - anaknya mengajak keluarga sa'o Tua, sa'o Meko dan sa'o Ndoka untuk membangun sebuah Kanga. Setelah Kanga dibangun, keluarga  A Nggoro dari sa'o Rore Api mendirikan Tubumusu di tengah Kanga tadi. Sehingga Kanga dan Tubumusu ghea eo du'a kai (menjadi miliknya).

5. Ata Mangu Lau Laja Ghawa
(Orang Jawa yang datang dengan perahu layar)

Ni Nggela sering mandi di pantai. Saat air laut surut, tempat yang biasa dipakai untuk mandi terlihat seperti kolam (tiwu). Suatu Ketika A Jaya dan anak buahnya dalam pelayaran sedang mampir berlabuh di pantai tersebut. Mereka melihat seorang gadis yang sedang mandi di kolam air laut itu, sehingga meyakinkan mereka bahwa tidak jauh dari pantai pasti ada kampung. Karena ingin kenal dengan masyarakat di kampung tersebut, mereka lalu turun ke pantai menuju si gadis itu. Gadis itu namanya Ni Nggela. Saat Ni Nggela melihat mereka datang, ia-pun lari menuju kampung sambil menangis ketakutan. A Jaya dan anak buahnya terus mengikuti Ni Nggela dari belakang sampai di pinggir kampung lalu mereka berhenti. Sedangkan Ni Nggela terus ke kampung dan menceritakan bahwa ada seorang yang berlabuh di pantai mau memperkosanya di kolam air laut tempat ia mandi dan mereka sekarang sudah berada di pinggir kampung (sebelah selatan kampung). Maka tersiarlah berita bahwa Ni Nggela di perkosa di kolam air laut oleh si juragan perahu. Kolam itu sampai sekarang di kenal dengan nama "Tiwu Pela". Keluarga Ni Nggela merasa malu, lalu mereka bersama - sama menemui A Jaya dan berdialog dengannya. Situasi awalnya agak tegang, namun A Jaya kemudian mengambil keputusan untuk menjadikan  Ni Nggela sebagai istrinya. Hal tersebut ternyata sangat di setujui Ni Nggela dan keluarganya. Keluarga Ni Nggela mulai mencari tahu asal - usulnya dengan menanyakan dari mana asal mereka. A Jaya mengatakan bahwa mereka berasal dari sebuah kota di Jawa. sehingga mulai saat itu tempat yang mereka berhenti sementara di beri nama Kota Jawa. Selanjutnya keluarga Ni Nggela mengajak/meminta A Jaya dan anak buahnya tinggal dekat dengan mereka, yang sekarang menjadi sa'o Ria Nggela. Lalu A Jaya dan Ni Nggela hidup bersama sebagai suami istri. nama Ni Nggela menjadi terkenal mulai dengan kebiasaan bekomunikasi antara masyarakat, antara lain sebagai berikut; 

"Mba ghea nua Nggela" (Pergi ke kampung Nggela)
"Mba ghea ma'u Nggela" (pergi ke pantai Nggela)
"Mba ghea ae Nggela" (pergi ke air Nggela)

Sehingga tempat - tempat tersebut sampai sekarang di kenal dengan nama :

"Nua Nggela" (Kampung Nggela)
"Ma'u Nggela" (Pantai Nggela)
"Ae Nggela" (Air Nggela)

Sabtu, 14 April 2012

ISTILAH - ISTILAH PENTING


 A : Untuk orang Nggela, kata depan sapaan untuk laki - laki didahului dengan A..
       Contoh : A Nggela, A Wangge.
Ni : Demikian pula sapaan untuk perempuan didahului dengan Ni ....
       Contoh : Ni Nggela, Ni Mbuja
Kanga : Pelataran suci di tengah kampung (tempat untuk melaksanakan upacara adat).
Tubumusu : Batu lonjong dipasang tegak ditengah Kanga.
Keda : Tempat tinggal Roh - roh, tempat pertemuan para mosalaki membicarakan 
            masalah adat.
Bhaku : Rumah tempat penyimpanan tulang belulang para leluhur.
Leke Pera : Tuang utama rumah adat.
Mangu : Tiang utama penyangga atap rumah.
Sa'o Rore Api  : Rumah tempat menghidupkan api dengan memakai belahan bambu 
                            yang digosok.
Wati : Wadah tertutup dari anyaman daun lontar.
Podo : Periuk
Aregau : Nasi yang dibungkus dengan daun kelapa.
Ura Aje : Batas tanah garapan.
Api Lepe : Api yang terang.
Boge Api Lepe : Dau nu tiko sa'o, Banga tiko wewa, Dhema tiko lema.
Artinya : Supaya tiap rumah ada asap, Tiap dapur api harus hidup, Tiap lidah dapat
              merasakan kuah daging.
Contoh : Jika kampung terbakar di lakukan si B, maka si B akan didenda satu ekor 
              kerbau. kerbau tersebut dibunuh dan dibagi kepada setiap rumah dalam 
              kampung itu.
Puse Nua : Pusat Kampung.
One Nua : Tengah Kampung.
Dheko Nua/Singi Nua : Pinggir Kampung.
Sa'o Labo : Rumah yang diatap dengan bambu belah.
Ru'u tau Tu'u : Larangan sampai kering.
Ana Kalo Faiwalu : Anggota masyarakat biasa.
Ka Roe : Menanam padi dengan mata tertutup mengelilingi tempat penyimpanan 
                bibit padi (peso wini) agar tidak dilihat /dimakan burung/hama.
Pire Ngi'i Nitu : Persembahan di kepala kebun untuk Roh - roh penjaga.


Senin, 05 Maret 2012

KEADAAN GEOGRAFIS NGGELA

  1. Letak Kampung / desa Nggela berada dalam wilayah kecamatan Wolojita di batasi oleh; utara dengan desa Pora, Selatan dengan laut sawu, Timut dengan Wologawi, Barat dengan desa Nuamulu.
  2. Iklim dan Cuaca. Nggela beriklim sedang, musim hujan biasa terjadi pada bulan Nopember sampai dengan bulan April dan musim panas pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober.
  3. Penduduk dan mata pencariannya. Jumlah penduduk kurang lebih 1500 jiwa, dengan mata pencariannya bertani dan berternak. khusus bagi kaum wanita Nggela, tenun ikat usaha kegiatan mereka setiap hari, sehingga penduduk desa Nggela sudah di kenal dari dahulu kala dengan hasil tenun ikatnya yang indah.
  4. selain hasil tenun ikat yang indah, sepanjang tahun kegiatan upacara adat dilaksanakan di Nggela, kecuali bulan Agustus - September.
  5. Bagi Wisata yang berkunjung ke Moni Kelimutu, bila ingin berpergian ke Nggela yang jaraknya tidak terlalu jauh itu dapat dijangkau dengan berjalan kaki, kendaraan roda dua, atau roda empat.

KAMPUNG NGGELA

Nggela adalah sebuah kampung tradisional yang terletak di Kecamatan Wolojita Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kampung yang sangat kaya dengan Adat budayanya serta banyak potensi seni budaya daerah yang perlu dilestarikan dan dipertahankan generasi sekarang dan yang akan datang. sehubungan dengan maksud tersebut, sangat diharapkan kebersamaan serta keterbukaan semua Mosalaki dan Ana kalo fai walu terhadap kegiatan budaya warisan leluhur, atas dasar pemikiran bahwa;
 
1. Nggela adalah desa / kampung adat dan budaya yang sudah lama dikenal.
2. Nggela mempunyai keunikan tersendiri dalam tatakrama serta upacara - upacara adat sepanjang setahun, hal mana karena adanya;
  • Situs dengan bangunan rumah adat sebagai tempat melaksanakan upacara seremoni dan megaliti dengan bangunan kubur para leluhur sebagai mesbah upacara pemujaan kepada para leluhur, serta Keda Kanga sebagai tempat pembuatan upacara adat dan pertemuaan khusus bagi para mosalaki.
  • Mosalaki Ongga dan Ana Kalo fai walu sebagai anggota persekutuan adat (ana dari nia embu pase la'e).
  • Tanah dan watu merupakan sumber penghidupkan dan kehidupan warga/masyarakat adat dengan memiliki wilayah tertentu.
3. Nggela memiliki Nepe - Naga
(Nepe lima rua, Naga sa'o ria)
 
Nepe Lima RuaYakni tujuh hukum dasar adat, untuk mengatur penghidupan masyarakat dan kehidupan kampung seperti ;
- Upacara perkawinan adat.
- Upacara pemakaman jenazah Mosalaki Pu'u.
- Upacara pemujaan / penghormatan bagi para leluhur dan benda - benda secara sakral.
- Upacara penerimaan tamu
- Upacara sermoni.
- Peradilan adat (sangsi - sangsi).
Sesuatu pemberian Mosalaki Ine Ame kepada mosalaki Pu'u di sa'o ria, ia sebagai penguasa tertinggi dalam wilayah hukum adat Nggela.
Dan akhirnya kepada masyarakat Nggela supaya tetap bersatu padu dalam membangun kampung /desa  tradisional ini.tradisional ini